Selasa, 27 Juli 2010

Membangun Kapasitas Dan Karakter Pemimpin Bangsa Di Masa Yang Akan Datang

Day 2
Tuesday, July 27, 2010
Panelis:
1. Letjen Purn TB Silalahi
2. Dr.Anhar Gonggong
3. Dr. Imam Prasojo
4. Prof Dr. Salim Said

Membangun Kapasitas Dan Karakter Pemimpin Bangsa Di Masa Yang Akan Datang


Saya piker bapak TB silalahi itu sudah tua, ternyata beliau masih seger dan penuh semangat. Ketika membaca bukunya mengenai aparatur pemerintahan dan kepemimpinan saya pikir beliau adalah legenda yang sudah tiada. Ternyata anggapan itu keliru. Beliau mantan menterinya pak Harto. Salah satu perwira yang berkarakter, karena sejak perwira pertama setiap sekolah selalu nomor satu. Woooo….
Menurut beliau militer professional adalah tentara yang :
1. Well trained (system pendidikan dari sarcab, sekkau dan Sesko ditambah pendidikan luar berupa Master. Meniru di Amerika, setiap kapten diberi kesempatan untuk mengambil master). Sistem latihan yang baik dan pemahaman tentang OMSP.
2. Well equipped (dilengkapi dengan perlengkapan standart yang canggih-contoh inf : night vision scope, helmet,granate, rompi Kevlar dll, yang efisien, efektif dan available).
3. Well paid. ( ini yang susah..sampai sekarang saja kita masih menunggu turunnya remunerasi..kasian deh kita. Bukan kita saja jendral pun butuh remunerasi lho.)
4. Well managed (tahu sendirilah bahwa management personelnya harus efektif)

Karakter pemimpin haruslah mengacu kepada Militery honour yang di ajarkan di west point. Walaupun saya belum pernah ke sana tetapi saya yakin itu pasti tempat yang keramat. Seperti halnya Akmil yang didirikan oleh Gatot Subroto, bahwa Akmil bukanlah hanya sekedar tempat untuk melahirkan perwira-perwira yang handal perang, tetapi sebagai tempat kelahiran calon-calon pemimpin bangsa. Hanya ada pihak sivil yang sedikit complain bukankah dwi fungsi sudah dihapus, berarti kelahiran pemimpin bangsa hendaklah melalui proses elected politition civilion. Artinya siapapun yang menjadi pemimpin itu harus disahkan oleh wakil rakyat atau rakyat langsung. Ya..itu memang benar. Kembali kepada karakter yang diinginkan intinya adalah karakter yang mirip-mirip dengan sapta marga. Padahal sapta marga itu dirancang tahun 1952. Kira-kira siapa yang mencontek sapta marga atau military honormasih mistery. Sayang sekali karakter yang diinginkan adalah karakter militer yang tentu saja hanya dimiliki oelh kita-kita dari kalangan militer. Sedangkan pesrta future defense leader dari kalangan civil belum terakomodir.
Menurut Dr. anhar Gonggong yang profilnya agak anti (berambut panjang, sering tersenyum dengan giginya yang terlihat jelas dan berkacamata. Bicaranya kurang terkonsep dan hanya sekedarnya, tetapi karena beliau afalah seorang pembicara yang terkenal dan doctor pula, maka selau saja memiliki penggemar, dimana setiap perkataannya selalu menimbulkan inspiring. Menurutnya pemimpin haruslah sesorang yang mampu melampui dirinya, punya karakter, tidak hanya cerdas dan punya visi tapi juga tercirikan. Sangat filosofis banget. Contohnya adalah Soekarno, Muh hatta. Dalam kesimpulannya dari 36 nama tokoh pemimpin yang berhasil memiliki kesamaan diantaranya: Semua pemimpin itu adalah orang-orang yang kestanan dalam membaca. Ternyata ini sama dengan idenya pak TB silalahi ketika menyumbangkan sebuah patung seorang prajuirt, yang tangan kirinya membawa senjata dan tangan kanannya membopong setumpuk buku. Tolong dimaknai sendir deh.
Dr. Imam Prasojo memberikan penjewlasan yang sangat ilmiah dan mendalam tentang capacity building dan character building. Tidak semua pejabat adalah pemimpin. Pemimpin adalah sesorang yang mampu menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu dengan sukarela demi suatu tujuan yang baik untuk kepentingan bersama. Capasity artinya aktivitas yang bertujuan meningkatkan kemampuan sesorang dalam mengelola perubahan. Sedangkan karakter adalah sesuatu yang dimiliki oleh seseorang sehingga orang tersebut dengan yakn mampu memisahkan hal yang benar dan salah. Kepemimpinan tidak dapat dibentuk hanya dengan seminar atau workshop. Tapi harus dengan latihan..latihan…latihan. Bahkan dulu Soekarno dan hatta menjadi seorang pemimpin yang berkarakter setelah menjalani masa pembuangan di berbagai penjara punya Belanda. Apakah kita juga perlu dibuang ditempat yang sepi agar bisa menjadi seorang pemimpin yang berkarakter?
Bapak salim said adalah professor mantan dubes di chekoslowakia. Beliau adalah ahli tentang politik history. Sangat jelas bagi beliau yang menceritakan kejadian dihapusnya dwi fungsi ABRI dalam sebuah rapim TNI di Cilangkap pada tahun 2000. Saat itu Panglima TNI nya adalah Widodo AS. Bukan karena Panglima TNI dwifungsi dihapus, tetapi memang itulah keputusan pahit yang harus diambil oleh TNI untuk mengikuti perkembNGAN politik saat itu. Pak said berkilah bahwa bukan dia yang memulai reformasi intern TNi, tetapi TNI sendiri. Tetapi dengan melihat betapa kritisnya pak salim terhadap TNI, itu menggambarkan betapa kritisnya beliau terhadap militer. Ini menunjukkan bahwa sebenarnya kalangan sivil masih inferior terhadap TNI, artinya walaupun beliau berperan aktif terhadap reformasi TNi, tetapi beliau berusaha untuk tidak bertanggung jawab terhadap kejadian tersebut. Tetapi beliau masih menginginkan belum puas dengan undang-undang TNi, yang tidak memberikan tenggang waktu bagi anggota TNI yang akan berkarir di dunia sipil. Seperti kejadian asop pang tni yang tiba-tiba menjadi seorang wagub Jakarta dengan begitu tiba-tiba. Beliau menginginkan TNI menjadi professional dimasa yang akan datang. Sayang beliau tidak mampu member solusi bagaimana anggaran tNI bisa meningkat…..wissss..yuk istirahat besok lanjut lagi di FEUI Depok.

2 komentar:

myblog mengatakan...

tetap semangat bro kita hrs menjadi pemimpin yg dpt memimpin bangsa ini sesuai dengan cita2 luhur pendiri NKRI ini terdahulu juga sesuai dengan tujuan PANCASILA....jangan hanya anggota DPR saja yg diperhatikan tentang REMUNERASInya tapi TNI yang sdh berjuang sejak dulu demi negara dan bangsa ini yang seharusnya lebih layak diberikan REMUNERASI...

Sapuan mengatakan...

terima aksih bro komentarnya, jadi semangat..